Katapublik Labuhanbatu, Desa Sei Penggantungan di Labuhanbatu, Sumatra Utara, kini bergelut dengan sorotan tajam dari para guru mengaji, Bilal Mayit, dan guru minggu. Pasalnya, mereka telah merasakan keberatan yang mendalam karena honor mereka tak kunjung direalisasikan selama enam bulan mengajar. Meskipun sudah berulang kali meminta kejelasan kepada pemerintah desa, namun jawaban yang diharapkan tak kunjung datang.
Bapak Halim dari Dusun 2 Sei Penggantungan menegaskan, “Honor kami sebagai Bilal Mayit dari bulan Juli hingga Desember 2023 belum dibayarkan. Ini sungguh mengecewakan karena selama ini kami selalu mendapatkan honor dengan lancar. Apa yang terjadi di tahun 2023? Kami tak tahu, entah kades lama atau kades baru yang bertanggung jawab.”
Ilham Daulay, warga desa yang lain, juga menambahkan, “Saya tahu ada sekitar 20 orang guru mengaji, Bilal Mayit, dan guru minggu lainnya yang belum menerima honor mereka. Ini bukan masalah sepele, ini masalah keadilan yang harus segera diselesaikan.”
Namun, apa yang lebih memprihatinkan lagi, menurut Sari Sinaga, seorang guru minggu, ada rekan-rekannya yang bahkan belum menerima honor sejak tahun 2020! “Honor dari bulan Juli sampai Desember 2023 sudah terhitung menjadi 12 bulan. Ini bukan hanya kelalaian, tapi sudah menjadi kezaliman!” tegasnya.
Dalam upaya mencari kejelasan, team katapublik.co.id telah mengonfirmasi mantan kepala desa dan Pejabat Juru Pencairan Darwis Hasibuan. Namun, kebuntuan terjadi ketika tidak ada tanggapan yang diberikan, meskipun pesan Whatsapp sudah menunjukkan tanda ceklis dua.
Dengan kondisi yang semakin tegang ini, pemerintah desa Sei Penggantungan diingatkan untuk segera bertindak. Keadilan harus ditegakkan, dan honor para pendidik ini tidak boleh diremehkan. Masyarakat menanti keputusan yang tegas dan responsif dari pihak berwenang.